Benar-benar Langka, Pakar Temukan Fosil Otak Berumur 310 Juta Tahun
Liputanberitaku.com – Beberapa peneliti merasakan fosil otak kepiting tapal kuda berusia 310 juta tahun. Penemuan fosil seperti ini tak pernah tercatat dan diketemukan awalannya.
Diambil dari Live Science, Jumat (30/7/2021), penemuan ini sebagai surprise dan kabar baik untuk pahami evolusi leluhur krustasea ini.
Dalam laporan terbaru yang keluar di jurnal Geology edisi 26 Juli 2021 dengan cara online, disebut bila ini sebagai fosil otak dari spesies yang sudah hancur Euproops danae.
Peneliti merasakan fosil itu di Mazon Creek, Illinois, pada kondisi jaringan lunak halus hewan itu terawetkan dengan sempurna.
Ada empat spesies kepiting tapal kuda yang hidup saat ini. Semua memiliki kerangka luar yang keras, memiliki 10 kaki, dan kepala berbentuk U.
Terlepas dari namanya, “kepiting” ini sebenarnya adalah arakhnida yang erat berkaitan dengan kalajengking dan laba-laba, menurut The National Wildlife Federation.
Berdasar sebagian peneliti, walaupun fosil kepiting tapal kuda relatif umum, tidak ada yang ketahui bagaimana bentuk otak nenek moyang mereka di masa tempo hari.
“Ini adalah bukti pertama dan salah satunya untuk otak pada fosil kepiting tapal kuda,” kata penulis khusus Russell Bicknell, ahli paleontologi di University of New England di Maine, ke Live Science.
“Peluang merasakan fosil otak adalah satu banding sejuta, atau lebih jarang,” tambahnya.
Walaupun sebetulnya, kata Bicknell, jaringan lunak yang membuat otak betul-betul riskan pada pembusukan yang cepat.
Agar otak terawetkan, diperlukan kondisi geologis yang paling khusus, atau amber. Proses geologi membantu menjaga jaringan lunak Euproops danae tetap pada kondisi baik sejauh juta-an tahun, terhitung otaknya.
“Bisa disebut, sebenarnya kami merasakan beton bukan otak,” kata Bicknell.
Endapan di Mazon Creek dibikin dari mineral besi karbonat yang disebut siderite, yang membuat konkresi — endapan mineral — yang dapat secara cepat membuntel mayat dan memfosilkannya.
Walaupun beton itu mengawetkan tubuh kepiting tapal kuda, jaringan otaknya tetap mati dan pada akhirannya musnah.
Tapi, saat otak membusuk, itu ditukar oleh mineral tanah liat yang disebut kaolin, yang membuat gips otak. Kaolit warna putih, sedang siderit warna abu-abu gelap.
“Kontras warna ini mempunyai makna fosil otak lebih menonjol dibandingkan sisa fosil biasanya,” kata Bicknell.
Perburuan sekarang ini dikerjakan untuk mendapat makin banyak otak purba yang peluang telah jadi fosil pada kondisi geologis unik yang melestarikan kepiting tapal kuda ini.
Penemuan ini memberi beberapa peneliti kesempatan unik untuk dalami bagaimana otak arakhnida berevolusi dari waktu ke waktu.
Tetapi yang mencengangkan beberapa peneliti, mereka merasakan bila otak purba, yang dari periode Karbon (359 juta sampai 299 juta tahun yang lalu), betul-betul sama dengan kepiting tapal kuda modern.
“Walaupun 300 juta tahun evolusi, fosil otak kepiting tapal kuda nyaris sama dengan bentuk modern,” kata Bicknell.