Hari Ini Ada Fenomena Aphelion, Titik Dimana Bumi Terjauh dari Matahari
Liputanberitaku.com – Aphelion merupakan peristiwa di mana posisi Bumi berada di titik paling jauh dengan Matahari. Dijelaskan Periset di Pusat Riset Sains Antariksa Instansi Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Andi Pangerang Hasanuddin, posisi Bumi pada Matahari akan berjalan di titik paling dekat dan paling jauh.
Tiap tahunnya, Bumi ada pada jarak paling dekat dengan Matahari yang disebut perihelion, dan ini terjadi tiap bulan Januari.
Sementara, Bumi akan ada pada jarak paling jauh dari Matahari yang disebut sebagai aphelion, dan terjadi tiap bulan Juni. Aphelion pada tahun ini terjadi di tanggal 6 Juli 2021, di mana puncaknya terjadi pada jam 05.27 WIB, 06.27 WITA, 07.27 WIT pada jarak 152.100.527 km.
Dikatakan Andi, di saat Aphelion berlangsung, karenanya orbit bumi tidak seutuhnya lingkaran sempurna, tetapi berupa elips dengan kelonjongan kurang lebih 1/60.
Disamping itu, diameter terlihat Matahari akan kelihatan sedikit kecil dibanding rata-ratanya, yaitu sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 %.
Diprediksi 4410 tahun kembali dari saat ini yaitu di tahun 6430, peristiwa Aphelion akan bersamaan dengan Ekuinoks September.
Efek Aphelion ke Bumi “Pada umumnya, tidak ada efek yang berarti pada Bumi,” kata Andi
Bila warga mendengar isu dampak Aphelion pada keadaan temperatur yang lebih dingin dibanding umumnya, atau terlampau panas untuk itu tak benar.
Menurut Andi, temperatur dingin saat pagi hari yang terjadi akhir-akhir ini dan kelak s/d Agustus, sebagai hal yang umum terjadi pada musim kemarau.
Temperatur dingin ini terjadi karena tutupan awan yang sedikit, hingga tidak ada panas dari permukaan Bumi yang diserap dari sinar Matahari dan dilepaskan saat malam hari, sampai dipantulkan kembali ke atas Bumi oleh awan.
Sedang, status Bumi yang ada di titik paling jauh dari Matahari pun tidak mempengaruhi panas yang diterima Bumi.
“Ini karena panas dari Matahari terbagi ke semua Bumi, dengan distribusi yang paling berarti memengaruhi disebabkan karena pola angin,” ujarnya.