Naskah Drama Cerita Rakyat 5 Orang
Naskah Drama Cerita Rakyat 5 Orang–Selamat datang di website liputanberitaku.com, website yang mengulas tentang pelajaran dan pertanyaan seputar Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, Kali ini kita akan bahas pertanyaan tentang : Naskah Drama Cerita Rakyat 5 Orang.
Pemain
- Bawang Putih,
- Ibu Bawang Putih,
- Ayah Bawang Putih,
- Ibu Bawang Merah,
- Bawang Merah, dan
- Sang Pangeran.
BABAK 1:
[Ibu Bawang Putih dalam keadaan sekarat. Ia berpesan kepada putri semata wayangnya itu ]
Bawang Putih: “Ya, Bu.”
Ibu Bawang Putih: “Setelah ibu tiada, tetaplah menjadi anak yang bersahaja.”
Bawang Putih: [Menitikkan air mata.] “Iya, bu…”
Ayah Bawang Putih: [Menangis, menyaksikan hal tersebut.]
[Setelah berpesan seperti itu, Ibu Bawang Putih meninggal dunia diiringi isak tangis Bawang Putih dan Ayah Bawang Putih.]
BABAK 2:
[Setelah Ibu Bawang Putih meninggal, Ayah Bawang Putih menikah dengan Ibu Bawang Merah. Hal ini menjadikan hidup Bawang Putih tidak bahagia. Bersama anaknya yang bernama Bawang Merah, wanita tua itu memperlakukan Bawang Putih seenak hatinya.]
Ibu Bawang Merah: “Bawang Putihhhhh!!!”
Bawang Putih: [Datang dengan tergopoh-gopoh] “Iya, Mah.”
Ibu Bawang Merah: “Dari mana aja sih kamu. Dipanggil dari tadi, lama banget! Ini tumpah!
Bawang Merah: [Tiba-tiba datang dan menoyor Bawang Putih. Lalu menjatuhkan makanannya.] “Ini bersihin sekalian ya.”
Bawang Putih: [Menghela napas. Tapi, mau tak mau dilakukan juga.]
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah tertawa kecil melihat hal tersebut.]
[Karena kelakuan ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih merasa sedih hatinya. Ia sekarang sebatang kara. Tak ada yang bisa dijadikannya tempat bersandar sejak ayahnya meninggal.]
Bawang Putih: [Menatap bintang di langit dengan sedih.] “Oh, Tuhan, kenapa hidupku seperti ini? Orang-orang terdekatku kini sudah tiada semuanya. Tak ada orang yang mengasihiku kini.”
[Bawang Putih berdoa, semoga ada seseorang laki-laki baik hati yang datang dan menjadi kekasihnya. Doa tersebut dicatat oleh malaikat dan diperdengarkan kepada Tuhan.]
BABAK 3:
[Bawang Putih hendak pulang setelah mencuci baju di sungai, saat ia bertemu dengan Pangeran tampan.]
Pangeran: [Duduk di atas kudanya.] “Wahai, gadis cantik, bolehkah saya bertanya kepadamu?”
Bawang Putih: [Menoleh ke asal suara. Dan mundur beberapa langkah karena tatapan tajam Pangeran. Kemudian, ia menunduk.] “Silakan, Tuan. Apa yang hendak Tuan tanyakan kepada hamba?”
Pangeran: “Saya sedang berburu bersama para pengawalku. Tapi, saking semangatnya, saya pergi terlampau cepat daripada mereka. Ketika saya ingin kembali, saya kehilangan jejak mereka. Jika tidak keberatan maukah kamu memberi saya petunjuk jalan manakah yang baik untuk pulang ke istana saya?”
Bawang Putih: [Menunjuk ke jalan yang dimaui oleh Pangeran.]
Pangeran: “Oiya, sebelum saya pergi, bolehkah saya bertanya siapakah nama kamu?”
Bawang Putih: “Nama hamba, Bawang Putih, Pangeran.”
[Begitulah pertemuan pertama antara Pangeran dan Bawang Putih. Pertemuan tersebut membekas di hati Pangeran. Sehingga, diam-diam, Pangeran memperhatikan Bawang Putih. Karena ia sudah jatuh cinta.]
BABAK 4:
[Bawang Putih berlari ketakutan. Ia dikejar ibu tiri dan kakak tirinya, karena telah menghilangkan pakaiannya. Pangeran menolong Bawang Putih.]
Pangeran: “Hei, Bawang Putih, kesinilah.”
Bawang Putih: [Segera mengikuti kata-kata Pangeran.]
[Akhirnya, selamatlah Bawang Putih dari kejaran ibu tiri dan kakak tirinya. Pangeran membawa Bawang Putih ke tempat yang aman. Lalu, bercerita-cerita. Pangeran simpati dengan kisah hidup Bawang Putih langsung melamarnya. Ia ingin menyelamatkan hidup Bawang Putih.]
Pangeran: “Kisah hidupmu sungguh dramatis. Tapi, terlepas dari semua itu, sejak saya melihatmu, saya telah jatuh cinta. Bawang Putih maukah menikah denganku?”
Bawang Putih: “Bila itu keinginan Pangeran…”
[Maka, menikahlah mereka. Setelah menikah, Pangeran membereskan masalah antara Bawang Putih dengan ibu tiri dan kakak tirinya.]
BABAK 5:
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah bersimpuh di hadapan Bawang Putih dan Pangeran. Ibu anak itu menghadapi sidang atas perbuatan mereka sebelumnya.]
Pangeran: “Pengawal, bawa kedua orang itu ke sini!”
Ibu Bawang Merah: “Ampuni kami, Pangeran. Kami berjanji mengubah sifat buruk yang ada pada diri kami.”
Pangeran: [Menatap Bawang Putih, istrinya. Meminta keputusannya.]
Bawang Putih: [Membalas tatapan Pangeran, suaminya. Lalu, ia bangkit menghampiri ibu tiri dan saudara tirinya.] “Saya bisa saja melupakan semua yang ibu dan kakak lakukan. Tapi… Satu syarat yang harus kalian lakukan…”
Ibu Bawang Merah: “Apa itu? Katakan saja. Kami akan melakukannya dengan senang hati…”
Bawang Putih: “Kalian harus pergi dari sini, dan jangan sampai saya melihat kalian lagi. Jika saya sampai melihat kalian lagi, maka saya akan memerintah para pengawal untuk menangkap dan menjebloskan kalian ke dalam bui.”
Pangeran: “Sekarang, enyahlah kalian dari hadapan kami!”
[Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah sujud mengucapkan terima kasih atas kemurahan hati yang Bawang Putih dan Pangeran berikan.]
Ibu Bawang Merah dan Bawang Merah: “Terima kasih atas kebaikan hati kalian berdua.” [Keduanya segera berlalu.]
[Setelah kepergian ibu tiri dan kakak tirinya, Bawang Putih hidup bahagia bersama Pangeran.]