Fakta Kota Solo yang Jarang Diketahui Orang
Liputanberitaku.com — Solo atau Surakarta merupakan kota kecil yang ada di provinsi Jawa Tengah. Kota yang luasnya sekitar 44 km² ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, serta Kabupaten Sukoharjo di setiap sisinya. Terdapat sekitar 5 kecamatan yang termasuk dalam wilayah di Solo, yaitu meliputi Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Serengan, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Lawiyan.
Kota yang memiliki slogan ”Spirit of Java” ini gak hanya terkenal dengan berbagai destinasi wisatanya yang menarik, namun juga kulinernya yang super lezat, lho. Contohnya yaitu seperti serabi, tahu kupat, nasi liwet, hik, jenang lemu, timlo,tengkleng, dan masih banyak lagi. Selain itu, meski Solo hanya kota kecil, namun fasilitas kotanya sudah lumayan lengkap. Bahkan transportasi publiknya seperti kereta api, bus, taksi, hingga trem, siaga selama 24 jam, sehingga gak perlu bingung saat pulang larut malam.
Selain fakta-fakta di atas, Solo ternyata memiliki beberapa fakta lainnya yang belum diketahui banyak orang. Penasaran apa saja faktanya? Yuk, langsung saja simak ulasannya :
Salah satu kota di Indonesia dengan biaya hidup termurah
Selain Yogyakarta, Solo juga termasuk salah satu kota di Indonesia, dengan biaya hidup termurah. Mulai dari pakaian, makanan, tempat tinggal, pendidikan, hingga tansportasi, harganya sangat terjangkau. Oleh sebab itu, gak heran jika Solo menjadi salah satu tujuan favorit para perantau dari berbagai daerah untuk mengenyam pendidikan maupun untuk bekerja.
Solo dijuluki “Kota Batik”
Kota Solo merupakan surganya bagi para pecinta batik. Pasalnya, penjual batik di Solo sangat mudah untuk ditemukan. Mulai dari di pasar, mal, pusat penjualan batik seperti Kampung Batik Laweyan, hingga di rumah-rumah warga. Oleh sebab itu, Solo mendapatkan julukan “Kota Batik”. Batik yang dijual pun harga, motif, dan jenisnya bervariasi.
Motif batik Solo yang paling populer yaitu Truntum dan Parang Kusumo. Motif batik Truntum identik dengan bunga kecil-kecil yang membentuk sebuah pola yang besar. Sementara motif batik Parang Kusumo yaitu diagonal yang dilukis dari bawah ke atas, yang menandakan bahwa orang yang memakainya keturunan raja. Batik Parang Kusumo ini biasanya dikenakan oleh para bangsawan Solo.
Memiliki dua keraton
Kota yang pernah dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2005 sebagai Wali Kota ini ternyata memiliki dua keraton, yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Mangkunegaran Surakarta. Jarak antar kedua keraton ini sekitar 11 km.
Meski tidak lagi menjalankan masa pemerintahan seperti dulu, namun kedua keraton ini masih sering menyelenggarakan upacara dan juga ritual adat tradisional Solo.
Solo dianggap sebagai “Kota Budaya”
Penduduk Solo masih menjunjung tinggi adat istiadat. Selalu saja ada pergelaran budaya yang diadakan di kota ini, untuk merayakan acara tertentu. Oleh sebab itu, Solo juga dianggap sebagai “Kota Budaya“.
Pergelaran budaya yang diadakan gak hanya bersifat tradisional, namun juga modern. Para seniman yang menetap di kota ini berusaha untuk melestarikan budaya yang masih tersisa di kota ini.
Rumah bagi studio rekaman pertama di Indonesia
Nah, ini dia salah satu fakta Solo yang masih jarang sekali diketahui banyak orang, yaitu rumah bagi studio rekaman pertama di Indonesia. Studio rekaman pertama di Indonesia yaitu Studio Lokananta, dibangun di Solo pada tanggal 29 Oktober 1956. Studio Lokananta memiliki dua tugas, yaitu memproduksi dan duplikasi piringan hitam dan cassette audio. Menariknya lagi, kualitas rekaman di studio rekaman ini hampir sejajar dengan studio rekaman ternama di Inggris yang juga pernah menjadi lokasi rekaman band The Beatles, yaitu studio Abbey Road.
Meski kini Studio Lokananta sudah jarang digunakan untuk rekaman, namun masih bisa dikunjungi. Di studio rekaman legendaris ini, para pengunjung bisa menyaksikan banyak koleksi piringan hitam yang kondisinya masih terawat.
Nah, itulah deretan fakta seputar Solo yang jarang diketahui orang. Wah, Solo benar-benar kota yang memiliki banyak pesona, ya!