Di Era Pandemi, Sektor Digital Jadi Kunci Pulihkan Ekonomi
Liputanberitaku.com — Ekonom dan Peneliti INDEF Bhima Yudhistira memaparkan pelaku pengusaha fintech dapat berperan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Di antaranya fokus menumbuhkan literasi finansial, the internet of cash, dan melakukan lebih banyak sinergi dengan perusahaan non-fintech. “2021 gimana? 2021 sebenarnya feelingnya masih mix. Jadi, masih banyak pengusaha yang masih mix,” kata Bhima dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Minggu (7/3/2021).
Pengusaha yang bergerak di digital relatif bertahan saat pandemik
Bhima mengatakan pandemik COVID-19 yang menjangkiti masyarakat Indonesia selama satu tahun terakhir berdampak pada banyak sektor, terutama ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kuartal I – III mengalami kontraksi sebesar minus 2, 03 persen year on year (yoy).
“Yang menjadi masalah ekonomi kita minus 2 persen, salah satunya karena orang gak belanja atau orang mengurangi belanjanya,” ucap Bhima. Meskipun demikian, sejak bulan Agustus hingga Desember, Bhima melihat adanya euforia belanja masyarakat yang dibuktikan dengan data kepercayaan konsumen yang mengalami kenaikan.
Isu vaksinasi membawa harapan baru pemulihan ekonomi nasional
Adanya isu vaksinasi sejak Desember lalu seperti membawa harapan baru dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Pemerintah juga telah mengeluarkan banyak kebijakan seperti restrukturisasi kredit dan bantuan sosial untuk mempercepat PEN.
Terkait pemulihan ekonomi, Bhima membeberkan ada tiga sektor lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan di tengah pandemik. Di antaranya informasi dan komunikasi 10,58 persen, jasa keuangan dan asuransi 3,25 persen, dan pertanian sebesar 1,75 persen. Dengan demikian, ketiga sektor ini dapat dioptimalkan dengan baik. “Sekarang kalau kita melihat hanya 14 persen UMKM yang gabung ke platform digital, jadi sebenarnya 86 persen itu masih banyak yang melakukan transaksi secara fisik. Jadi, ini momentum untuk UMKM yang mayoritas generasi X dan Boomer untuk menjalankan bisnis secara digital,” kata Bhima. “Mereka mulai diajarin sama anaknya gimana caranya menggunakan smartphone yang baik, gimana bikin pinjaman di fintech tapi ke fintech yang responsible, fintech yang kredibel.
Transformasi digital adalah suatu keniscayaan
Sementara, Chief Risk and Sustainability Officer (CRSO) Amartha Aria Widyanto menambahkan, tren ini adalah kesempatan Amartha mendorong visi dan misinya untuk mewujudkan kesejahteraan merata di masyarakat piramida bawah. “Ini adalah opportunity buat kita untuk membantu para mitra usaha agar mereka bisa bertransformasi ke digital karena mau tidak mau ini adalah sebuah keniscayaan. Bukan hanya masalah survival, tetapi ke depannya kita memang harus bisa mengadopsi dan mengadaptasi platform digital,” imbuhnya.