Dikelola masyarakat, Pemkot Jayapura tak bisa pungut retribusi obyek wisata
Liputanberitaku.com — Dikelola masyarakat, Pemkot Jayapura tak bisa pungut retribusi obyek wisata- Sekretaris Badan Pendapatan Asli Daerah Kota Jayapura, Provinsi Papua, Ali Mas’udi, mengatakan belum ada fasilitas rekreasi yang dibangun pemerintah daerah di pantai sehingga berdampak pada penerimaan pajak daerah. “Masyarakat harus tahu bahwa yang dibangun pemerintah barulah dilakukan pemungutan retribusi. Persoalannya objek wisata pantai di Kota Jayapura ini dikelola masyarakat adat. Fasilitas rekreasi dan olahraga yang disediakan oleh pemerintah, itulah yang dipungut retribusinya,” ujar Ali.
Dikelola masyarakat, Pemkot Jayapura tak bisa pungut retribusi obyek wisata
“Kalau masyarakat mengelola rekreasi pantai, maka pemerintah daerah hanya dapat mengelola parkir dan pedagang kaki lima dengan melakukan penarikan retribusi,
Kami belum punya target karena belum membangun tempat wahana rekreasi di pantai. Kecuali kalau pengelola usaha membuka kafe maka dikenakan pajak kebersihan dan pajak reklame,” imbuh Ali.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Jayapura, Rustan Saru, mengajak masyarakat pengelola wisata pantai di ibukota Provinsi Papua tersebut meningkatkan fasilitas rekreasi agar membuat pengunjung merasa nyaman.
Kota ini sebelumnya bernama Kota Baru e Sukarnopura (Sukarnapura, 1964) sebelum menggunakan namanya saat ini pada tahun 1968. Hingga pertengahan tahun 2021, jumlah penduduk Kota Jayapura adalah 362.998 jiwa.
Dari komposisi penduduk menurut pemeluk agama tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk kota Jayapura beragama Kristen. Berdasarkan data tahun 2010, umat Islam menduduki tempat terbesar kedua dalam kaitannya dengan Jayapura, dengan total 70.072 jiwa, terhitung 45,05% dari total populasi 155.548.
Bahasa Tepra dan bahasa Sentani di Kabupaten Jayapura termasuk dalam dua rumpun bahasa tingkat stok, yaitu rumpun bahasa Demta dan rumpun bahasa Sentani (rumpun bahasa). Rumpun bahasa Sentani ini termasuk bahasa daerah Tepra dan bahasa daerah Sentani.
Rumah Kariwari adalah rumah adat suku Tobati-Enggros yang tinggal di sekitar Teluk Yotefa dan Danau Sentani di Jayapura. Bangunan rumah Kariwari ini cukup unik karena merupakan struktur piramida segi delapan yang terbuat dari kayu ulin, bambu, dan daun sagu dari hutan.